Friday 14 June 2013

Kembali Ke Jalan Allah (Inabah)


Inabah berasal dari kata Naaba. Yang berarti kembali. Yaitu kembali dari sesuatu menuju sesuatu. Kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat-sifat yang terpuji. Kembali dari larangan Allah kepada perintahnya. Kembali dari maksiat menuju taat. Kembali dari mengerjakan hal yang dibenci Allah swt menuju amalan yang di ridhaiNya.

Orang yang baik bukan yang tidak pernah bersalah.

Tidak ada manusia yang tidak bersalah dan berdosa. Manusia adalah makhluk yang sangat berpeluang untuk melakukan segala macam khilaf. Orang yang baik bukan berarti orang yang tidak pernah melakukan kesalahan sama sekali dalam hidupanya. Akan tetapi yang selalu menyadari akan kesalahanya. Dalam ungkapan ulama kita, bahwa dosa yang menyadarkan kita jauh lebih baik daripada ibadah yang membuat kita bangga dan riya’. Dia sesali apa yang telah di perbuat, selalu bermunajat untuk meminta rahmat dan ampunaNya.

Wahai Tuhanku.....
dengan kaki yang mana aku harus menghadapMu? Apakah dengan kaki ini yang ketika melangkah hanya membuatMu murka, dan kaki yang telah menjauhkanku dari rahmatMu?

Wahai Tuhanku......
dengan mata mana aku akan memandangMu? Apakah dengan mataku ini yang telah menikmati keharaman dan hanya menuruti hawa nafsu?
Wahai Tuhanku....dengan dengan lisan mana aku akan bermunajat kepadamu? Apakah dengan lisanku ini yang sudah ternodai dengan ucapan-ucapan yang mengundang kemarahanMu?

Wahai Tuhanku.....
dengan hati mana aku akan berharap kepadamu? Apakah dengan hatiku ini yang penuh dengan ketamakan dan kesibukan dunia, hati yang jarang terlintas dalam urusan akherat?

Wahai tuhanku....
.jika Engkau tidak memberi rahmat kepadaku, apakah ada zat lain yang dapat memberi rahmat itu?
Wahai Tuhanku....
jika Engkau tidak mengampuniku apakah ada dzat lain yang dapat mengampuni selain Diri-Mu?

Allah senang dengan Inabah seorang hamba.

Rasa senang Allah terhadap Inabahnya seorang hamba kepadaNya di jelaskan dalam hadist Rasul,
Rasulullah menceritakan bahwa senangnya Allah terhadap hamba tersebut melebihi senangnya seorang pemuda yang mana suatu ketika Ia berjalan menyusuri padang pasir. Pria ini ditemani seekor binatang tunggangan. Diatas punggung binatang tersebut terdapat pembekalan makanan dan minumanya. Binatang itu berjalan dengan cepat sehingga meninggalkan tuanya sendiri ditengah-tengah padang sahara. Rasa putus asa memenuhi hati pemuda tadi. Ditengah padang pasir dia menggali sebuah galian yang akan digunakan untuk mengubur dirinya, kalau seandainya kematian menjemputnya. Setelah hilang harapan bahwa hewan tunggangan akan kembali lagi kepadanya, tak lama berselang tanpa di sangka hewan tungganganya itu kembali masih dengan punggung yang membawa perbekalan makanan dan minuman. Seorang pria tadi sangat bahagia sekali. diapun bersyukur dan memuji tuhanya. Karena gembiranya, sampai salah dalam mengeluarkan pujian kepada Allah. Dia berkata” Ya Allah Engkau hambaku dan aku adalah RabbMU”
Kemudian Rasul bersabda” “Apakah kalian tau? Allah lebih gembira dengan inabahnya seorang hamba melebihi pria tadi”
Allah yang maha pengasih dan penyayang akan selalu membuka pintunya bagi orang-orang yang betul-betul ingin kembali kepadanya meski telah melakukan banyak kesalahan.
Ada sebuah ilustrasi sebagai berikut, seorang anak tinggal bersama Ibunya. Suatu hari anak tadi melakukan kesalahan yang menjadikan ibunya menjadi marah dan mengusirnya keluar dari rumah. Si anak tadi melangkah menelusuri jalan, akan tetapi tidak menemukan tempat untuk berteduh, padahal hari sudah larut malam. Pada akhirnya dia kembali kerumah lagi, berdiri didepan pintu sambil berkata kepada ibunya “ Wahai ibu kalau Engkau sudah tidak mencintaiku kemana lagi saya akan mencari cinta. Kalau engkau tidak mengasihiku kemana lagi saya akan minta kasih sayang “ kemudian si anak tadi tidur diluar rumah. Sementara Ibunya yang mendengar dan mengamati dari dalam apa yang dilakukan anaknya tadi menangis, muncul kembali kasih sayang ibu tadi kepada anaknya , dibukakanya pintu rumah, dihampiri, dipeluk anak tersebut dan dipersilahkan masuk kembali kedalam rumah tanpa sedikitpun rasa dendam dihatinya.
Itu tadi adalah gambaran kasih sayang seorang ibu. Tentu tidak seberapa bila dibandingkan dengan kasih sayang Allah. Ketika kita melakukan maksiat kepadanya kita bisa melakukan perbuatan sebagaimana yang dilakukan seorang anak kepada ibunya tadi. Kita mengetuk pintu Allah dengan munajat-munajat agar Allah tidak murka dan kembali membukakan pintunya untuk kita. Sebagaimana munajat berikut,
Tuhanku.............
Aku datang pada Mu,
Memikul amal yang tercela dan terhina,
di antara makhluk Mu.
Tiada seorangpun yang membuat kesalahan,
seperti kesalahanku.

Tuhanku...............
Demi kemuliaan Mu,
Sekiranya Engkau mengusirku,
Maka aku akan tetap berdiri di depan gerbang Mu
Dan aku tidak akan berhenti merayu-Mu.
Telah sering aku menjauhi-Mu,
Namun akhirnya kepada-Mu jualah aku kembali.

Tuhanku.......
Aku menunggu ampunanMu
sekiranya maaf bukan sifat-Mu
tak kan ada seorangpun yang menuhankanMu.

Wahai Tuhanku,
kalau Engkau menanyakan tentang dosa-dosaku maka aku akan memohon ampunmu...............

Wahai Tuhanku,
apabila Engkau menanyakan tentang kekurangan-kekuranganku aku akan memohon rahmatmu...............

Wahai tuhanku,
apabila Engkau menanyakan kepadaku tentang kelalaianku maka aku akan memohon kasihmu.........
Dan apabila engkau tidak membukakan pintu syurgamu dan memasukkanku kedalam nerakamu, maka Aku akan memberitahukan kepada penduduk neraka BAHWA SUNGGUH AKU MENCINTAIMU.

Syarat-Syarat melakukan Inabah kepada Allah.

1. Menyadari kesalahan dan menyesal

Kerena seseorang tidak mungkin melakukan Inabah kalau tidak menyadari kesalahan atau tidak merasa bersalah. Kemudian setelah itu dia menyesal telah melakukanya. Kalau belum menyesali, apalagi bangga terhadap kesalahannya maka Allah tidak akan menerimanya. Rasul bersabda:

النَّدَمُ تَوْبَةٌ (رواه أبو داود والحاكم )

“Menyesal itu adalah taubat”(HR. Abu Dawud dan Hakim)

2. Istighfar (memohon ampun kepada Allah)

Dengan berprasangka baik bahwa Allah akan mengampuninya, semakin banyak mengucapkan istighfar maka semakin baik. Rasulullah sendiri meskipun tidak memiliki dosa maka beliau selalu beristighfar bahkan sampai seratus kali sehari. Beliau bersabda:

لَا كَبِيْرَةَ مَعَ اْلِإسْتِغْفَارِ وَلَا صَغِيْرَةَ مَعَ اْلِإسْرَارِ (رواه الطبراني)

“Tidak ada dosa besar dengan istighfar, dan tidak ada dosa yang kecil kalau diulang-ulang”

3. Berjanji tidak akan mengulanginya.

Janji yang keluar dari nuraninya dengan sejujur-jujurnya. Tidak hanya keluar dari mulut saja, sementara didalam hatinya masih ada niat untuk melakukanya.

4. Menutupi dengan amalan shaleh.

Amalan-amalan tersebut dilakukan untuk membuktikan bahwa ia betul-betul kembali kepada Allah. Kebaikan yang dilakukan setelah bertaubat akan menghapus segala kesalahanya. Rasulullah saw bersabda,

إِتَّقِ اللهِ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُوْهَا ، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ (رواه الترميذي)
“ Bertaqwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan iringilah perbuatan jahat dengan perbuatan baik ,maka kebaikan itu akan menghapuskanya , dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik. (HR.Tirmidzi)

Mawani’(Penghalang-penghalang) Inabah

1. Meremehkan dosa.

Hal pertama yang menghalangi seseorang untuk melakukan Inabah adalah menyepelekan dan memandang ringan dosa, tidak panik dan tidak takut. Sebagai seorang muslim hendaknya selalu mengganggap dosa yang ia lakukan itu besar meskipun hanya dosa-dosa kecil. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud :

اَلمُْؤْمِنُ يَرَىْ ذَنْبَهُ كَااْلجَبَلِ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ . وَ اْلمُنَافِقُ يَرَىْ ذَنْبَهُ كَذُبَابِ يَقَعُ عَلَى أَنْفِهِ .
“Seorang mu’min melihat dosanya seperti gunung dia takut melakukanya. Sedangkan orang munafiq melihat dosanya seperti lalat yang menempel dihidung”

Dalam sebuah hadist Rasulullah saw juga bersabda :
إِيَّاكُمْ وَمُحَقِّرَاتِ الذُّنُوْبِ. (مجمع الزوائد)
“ Jauhilah oleh kalian semua menggenggap enteng dosa-dosa” (Kitab Majma’ Zawaid)

2. Berpikiran masih punya umur panjang.

Dia mengira bahwa umur masih panjang, kematian masih jauh dan masih ada umur yang luas untuk berfoya-foya, mengikuti nafsu dan mengikuti jalan syetan. Seseorang yang mempunyai umur duapuluh tahun berkata: “saya mau bertaubat umur tiga-puluh tahun.” Yang punya umur tiga-puluh tahun berkata : “saya mau bertaubat umur empat puluh tahun.” Yang berumur empat-puluh tahun juga berkata senada . Akan tetapi yang jadi masalah kematian tidak pernah meminta izin untuk menemui seseorang ia datang tanpa disangka-sangka.

3. Bersandar pada besarnya ampunan Allah yang maha pengampun.

Tidak diragukan lagi bahwa hal ini termasuk sesuatu tipuan yang mematikan. Darimana tau kalau Allah akan mengampuninya? Apakah telah mengambil kesepakatan dengan Allah akan hal itu? Sesungguhnya Allah swt mengampuni siapa saja yang dia kehendaki dan mengazab siapapun yang ia kehendaki.
Sesungguhnya perbedaan orang mu’min dan orang kafir adalah : kalau orang mu’min melakukan amal shaleh dan berkata: “saya takut Allah tidak menerimanya”. Sementara orang munafiq melakukan dosa-dosa dan berkata : “saya berharap agar Allah mengampuniku.”
Memang sesungguhnya Allah maha pengasih dan penyayang akan tetapi memohon kasih sayang dari Allah juga harus dibarengi dengan amalan yang mendekatkanya kepada kasih sayang tersebut. Itulah perbedaan antara Raja’ (berharap) dan Umniyah (angan-angan) kalau dibarengi dengan amal dan usaha maka disebut dengan Raja’, akan tetapi apabila tidak maka Umniyah.

4. Putus asa dari rahmat dan ampunan Allah.swt

Dosa yang sudah menumpuk biasanya membuat seseorang semakin tidak sadar. akan tetapi malah terus melakukanya, karena sudah putus asa dari ampunan dan rahmat Allah swt. padahal dalam Al-Qur’an dikatakan,

وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ(يوسف : 87)
“jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".(Yusuf : 87)
seperti itulah pemikiran sebagian orang yang berbuat maksiat mengganggap dosanya besar dan berputus asa dari ampunan Allah. Pada hakekatnya ampunan Allah itu sangat luas apabila kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menggapainya berapapun besarnya dosa, maka akan diampuni olehNya. Dalam sebuah ayat Allah memanggil orang-orang yang melampoi batas dan banyak melakukan kesalahan dengan panggilan yang mesra,

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (الزمر :53)

" Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Az-zumar: 53)

5. Beralasan dengan taqdir

Sebagian ahli dosa dan maksiat apabila diajak untuk kembali kepada Allah mereka berkata: “ini adalah sudah menjadi taqdir saya yang telah digariskan oleh Allah sejak zaman azali. Dan saya tidak mungkin lari dari taqdir ini. Setiap manusia diwajibkan untuk ridha terhadap taqdirnya masing-masing”.
Ini adalah perkataan seseorang yang tidak memahami taqdir dengan baik, dan ini merupakan bentuk perkataan orang-orang musyrik pada zaman dulu yang menjadikan taqdir sebagai alasan mereka untuk menyekutukan Allah swt.
لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا آَبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ (الأنعام : 148(
"Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang sesuatu apa pun”(Al-An’am : 148)
Dalam hal ini seseorang diperbolehkan beralasan dengan taqdir atas dosanya yaitu bagi dosa-dosa yang telah berlalu, sedang yang akan datang manusia tidak tahu apa yang telah ditaqdirkan olehnya.
Comments
0 Comments
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

0 comments:

 

like this

Blog Archive

Abubakar r.a. berkata, "iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik , orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut". Umar r.a. berkata, "kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik , seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Utsman r.a. berkata, "ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik , orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan ber'amal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut". 'Ali r.a. berkata, "tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik , menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumanya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Fatimah r.ha.berkata, "seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yangtak pernah dilihat orang lain kecuali mahramnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Rasulullah SAW berkata, "seorang yang mendapat taufiq untuk ber'amal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, ber'amal dengan 'amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat 'amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Malaikat Jibril AS berkata, "menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri; harta; dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Allah SWT berfirman, " Sorga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, nikmat sorga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju sorga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut"

sharing ilmu islam Copyright © 2013 Template modification by Ikhwanul fikri