Monday 23 December 2013

Kapan Giliran Kita ??


Abdullah bin Iyas menceritakan dari ayahnya, bahwa suatu hari Umar bin Abdul Aziz mengantarkan jenazah keluarganya ke kubur. Ketika para pengiring lainnya telah pulang, Umar dan salah seorang shahabatnya masih tetap berada di sisi kuburan.

Shahabatnya bertanya,
"Wahai Amirul Mukminin, jenazah yang kau antarkan itu telah meninggalkanmu, tidakkah engkau juga ingin meninggalkannya?"
Umar menjawab, "Ya, aku juga ingin meninggalkannya, hanya saja kuburan yang ada di belakangku seakan memanggilku dan berkata,

"Wahai Umar, tidakkah engkau ingin bertanya kepadaku tentang apa yang telah kuperbuat terhadap orang yang engkau cintai ini?"

"Ya."

"Aku telah mengoyak-ngoyak kain kafannya, mencabik-cabik badannya, menghisap darahnya dan mengunyah dagingnya."

"Tidakkah engkau ingin bertanya tentang apa yang telah ku perbuat terhadap anggota tubuhnya?"

"YA."


"Aku telah mencabut (satu persatu) kedua telapak tangan dari
tulang hastanya, kedua tulang hastanya dari tulang lengan atasnya dan kedua lengan atasnya dari tulang pundaknya. Aku juga telah mencabut kedua tulang pangkal paha dari kedua pahanya, kedua pahanya dari ruasnya, kedua ruasnya dari tulang betisnya dan kedua betisnya dari kedua telapak kakinya."


Sejenak kemudian, Umar menangis dan
berkata, "Bukankah dunia itu fana. Orang yang mulia akan menjadi hina, yang kaya akan menjadi miskin papa, yang muda akan berangsur tua dan yg hidup juga akan mati juga?"


[Reference; Malam pertama di alam kubur, karya Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al-'Arify dkk, 2005, cet; VI, hal; 40, dan Majalah Ar-Risalah, Edisi 102 Vol. IX No. 6, Desember 2009, hal; 26].


Itulah kematian yang pasti kita temui, Allah berfirman; "Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh." [An-Nisa';78].


Dan inilah yand dipersiapkan oleh para ulama' salafus
shalih. Lihatlah pengakuan mereka.

Rabi’ bin Abi Rasyid berkata, “Kalau mengingat mati terpisah dari hatiku maka aku khawatir hatikuakan rusak.”

Rabi’ juga berkata, “Kalau hatiku lalai dari mengingat kematian sekejap saja maka hatiku pasti rusak.”

Qa’qa’ bin Hakim mengingatkan, “Aku telah mempersiapkan untuk menghadapi kematian semenjak 30 tahun. Kalau ada kesempatan datang kepadaku, maka aku tidak suka menunda suatu amalan dari amalan yang lain.”

Sufyan ats-Tsauri berkata, “Aku melihat ada seorang syaikh di masjid Kufah yang berkata, “Aku berada di masjid ini semenjak 30 tahun untuk menantikematian yang akan menghampiriku. Kalau ia mendatangiku maka aku tidak memerintahkan atau melarang sesuatu.”

Hatim al-Asham berkata, “Aku mendengar Syaqiq berkata, “Persiapkanlah bila kematian mendatangimu agar kamu tidak berkeinginan kembali, dan katakan kepada dirimu setiap pagi, “Aku akan memakan kematian, memakai kain kafan, dan tinggal di kuburan. Bayangkanlah di dalam hatimu seolah malaikat maut dan bala tentaranya datang untuk mencabut ruhmu lalu tunggulah apa yang akan terjadi.” ('Aqabat fi Thariqil Akhawat, yang insya`allah akan diterbitkan oleh Wafa Press dengan judul Jerat-jerat Wanita).

Sekarang bagaimanakah dengan kita ? Sudah bersiapkah kita bila bersua Allah Ta'ala; pagi, siang atau malam ini juga ??

Semoga kita tidak pernah lupa dengan firman-Nya, "Alhakumut takatsur hatta zurtumul maqabir, nikmat yang banyak telah melalaikanmu hingga kamu 'masuk' kubur." kalau kita peka dan jeli, kata yang dipakai dalam ayat tersebut adalah zurtum bukan dakhaltum, ziarah bukan masuk; maknanya, masuknya kita ke dalam kuburan adalah sekedar ziarah, ya..., sekedar ziarah karena setelahnya ada kehidupan yang lebih kekal dan abadi, entah dalam siksa neraka atau kenikmatan surgawi.


Comments
0 Comments
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

0 comments:

 

like this

Blog Archive

Abubakar r.a. berkata, "iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik , orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut". Umar r.a. berkata, "kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik , seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Utsman r.a. berkata, "ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik , orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan ber'amal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut". 'Ali r.a. berkata, "tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik , menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumanya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Fatimah r.ha.berkata, "seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yangtak pernah dilihat orang lain kecuali mahramnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Rasulullah SAW berkata, "seorang yang mendapat taufiq untuk ber'amal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, ber'amal dengan 'amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat 'amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Malaikat Jibril AS berkata, "menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri; harta; dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Allah SWT berfirman, " Sorga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, nikmat sorga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju sorga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut"

sharing ilmu islam Copyright © 2013 Template modification by Ikhwanul fikri