Oleh : Ukhti fitrah
Sedang kutatap wajah bulan empat belas malam ini
Sedih melayang-layang di taman jiwa
Entah apa sebab yang harus kukatakan
Entah apa alasan yang tepat sehingga orang-orang merasakan apa yang aku derita
Kadang tertawa sambil mereguk air liur, tertegun terhenti diiringi air mata dingin megalir pelan di pipi
Ingin kunyatakan tetapi betapa banyak aral dan rintangan menyapa perjalanan ini
Kadang aku mengeluh lelah dan berhenti dengan lutut menggigil
Terkapar dengan suara serak mengucap kata-kata yang susah aku artikan
Deraian salju air terjun di bebatuan memutar memori-memori yang telah terpendam
Gumpalan-gumpalan awan membumbung tinggi membawa jauh asa yang tersisa
Tinggallah aku terbaring dengan badan bernyawa tanpa ruh
Berucap namun kosong makna
Mendengar namun tanpa arti
Melangkah tanpa tujuan
Melihat tanpa cahaya
Mencium tanpa rasa
Sedih, lucu, bosan, termenung, gundah, gelisah, marah, tersedu.......
Itulah nada-nada kehidupan yang selalu melantunkan syair
Ya rabbi....
Cabut rasa ini untuk sementara waktu
Matikan rindu ini beberapa masa
Jadikan abu, kasih yang berbunga sementara air mata ini kering
Bawalah cinta ini, kembali kekeharibaan-Mu
Aku ingin melihat wajah ini tersenyum tanpa pasung rasa gelora
Aku ingin merasakan ringannya langkah kaki ini tanpa disiksa rindu
Aku ingin menidurkan jiwa dari kasih yang tertolak
Aku ingin tertawa sekedar merasakan hidup tanpa lecutan cambuk cinta
Ya rabbi....
utus malaikat-Mu untuk menjemput
Ruh cinta............dalam hatiku
Ruh kasih ...........dalam jiwaku
Ruh rindu............dalam kesepianku
Bimbinglah jiwa, hati dan qalbu ini dalam meneguk perjalan tanpa batas......
Sedih melayang-layang di taman jiwa
Entah apa sebab yang harus kukatakan
Entah apa alasan yang tepat sehingga orang-orang merasakan apa yang aku derita
Kadang tertawa sambil mereguk air liur, tertegun terhenti diiringi air mata dingin megalir pelan di pipi
Ingin kunyatakan tetapi betapa banyak aral dan rintangan menyapa perjalanan ini
Kadang aku mengeluh lelah dan berhenti dengan lutut menggigil
Terkapar dengan suara serak mengucap kata-kata yang susah aku artikan
Deraian salju air terjun di bebatuan memutar memori-memori yang telah terpendam
Gumpalan-gumpalan awan membumbung tinggi membawa jauh asa yang tersisa
Tinggallah aku terbaring dengan badan bernyawa tanpa ruh
Berucap namun kosong makna
Mendengar namun tanpa arti
Melangkah tanpa tujuan
Melihat tanpa cahaya
Mencium tanpa rasa
Sedih, lucu, bosan, termenung, gundah, gelisah, marah, tersedu.......
Itulah nada-nada kehidupan yang selalu melantunkan syair
Ya rabbi....
Cabut rasa ini untuk sementara waktu
Matikan rindu ini beberapa masa
Jadikan abu, kasih yang berbunga sementara air mata ini kering
Bawalah cinta ini, kembali kekeharibaan-Mu
Aku ingin melihat wajah ini tersenyum tanpa pasung rasa gelora
Aku ingin merasakan ringannya langkah kaki ini tanpa disiksa rindu
Aku ingin menidurkan jiwa dari kasih yang tertolak
Aku ingin tertawa sekedar merasakan hidup tanpa lecutan cambuk cinta
Ya rabbi....
utus malaikat-Mu untuk menjemput
Ruh cinta............dalam hatiku
Ruh kasih ...........dalam jiwaku
Ruh rindu............dalam kesepianku
Bimbinglah jiwa, hati dan qalbu ini dalam meneguk perjalan tanpa batas......