Oleh : ukhty fitrah
Assalamualaikum akhi & ukhti disini,
Malam ini saya ingin memposting catatan fatamorgana saya yang berjudul Pulang Kampung,
Mungkin ada yg mengira pulang kampung ke kota kelahiran, bukan..pulang ke kampung akhirat, saya larut dalam sebuah nasyid Opick yg entah apa judulnya, saya lupa, cuma liriknya seperti ini
"bagaimana kau merasa bangga, akan dunia yang sementara"
Bukan lagu Bang Opick yang ingin saya dendangkan, tapi coba kita renungkan sebaris kalimat diatas yang terkadang secara sadar maupun tidak kita sadari, hal tersebut nyata ada pada diri kita. Setelah banyak berbincang dengan sahabat dunia maya, tiba-tiba saya teringat akan suatu kepastian yang pasti kita lalui. Suatu fase kehidupan dimana setiap yang bernyawa pasti akan mati. Entahlah, mungkin banyak orang memilih menghindari mengingat mati. Katanya “Kematian itu menyeramkan.” Benarkah?
Memang, kehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Namun sebenarnya tiap detik yang terlewati kita tengah mendekat pada masa dimana kita akan mengalami sebuah fase yang disebut dengan KEMATIAN. Bahkan mungkin saat ini ketika kita tengah asyik menulis, membaca, belajar, atau sekedar fesbukan sebenarnya kita tengah dekat dengan ajal kita. Wallahua’lam.
Kematian bukan hanya terjadi pada orang yang sudah berusia lanjut, bukan! Kematian bukan hanya terjadi pada orang yang sudah sakit-sakitan, bukan! Kematian itu sebuah kepastian yang akan kita alami, cepat atau lambat. Sungguh, saya menulis tulisan ini dengan perasaan yang was-was.. karena saya sering luput untuk mengingat kematian.
Namun, saya percaya bahwa Allah itu Maha Pemurah, sebelum semua terlambat, selama nafas ini masih berhembus, selama jantung ini masih berdetak, maka belum terlambat untuk memperbaiki diri. Maka, saya pribadi memohon maaf yang sebesar-besarnya jika tingkah, lisan, juga tulisan-tulisan saya menorehkan luka, sebelum semua terlambat.. Saya mohon maaf.
Malam ini saya ingin memposting catatan fatamorgana saya yang berjudul Pulang Kampung,
Mungkin ada yg mengira pulang kampung ke kota kelahiran, bukan..pulang ke kampung akhirat, saya larut dalam sebuah nasyid Opick yg entah apa judulnya, saya lupa, cuma liriknya seperti ini
"bagaimana kau merasa bangga, akan dunia yang sementara"
Bukan lagu Bang Opick yang ingin saya dendangkan, tapi coba kita renungkan sebaris kalimat diatas yang terkadang secara sadar maupun tidak kita sadari, hal tersebut nyata ada pada diri kita. Setelah banyak berbincang dengan sahabat dunia maya, tiba-tiba saya teringat akan suatu kepastian yang pasti kita lalui. Suatu fase kehidupan dimana setiap yang bernyawa pasti akan mati. Entahlah, mungkin banyak orang memilih menghindari mengingat mati. Katanya “Kematian itu menyeramkan.” Benarkah?
Memang, kehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Namun sebenarnya tiap detik yang terlewati kita tengah mendekat pada masa dimana kita akan mengalami sebuah fase yang disebut dengan KEMATIAN. Bahkan mungkin saat ini ketika kita tengah asyik menulis, membaca, belajar, atau sekedar fesbukan sebenarnya kita tengah dekat dengan ajal kita. Wallahua’lam.
“ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.”Kita biasa terbuai dalam kehidupan dunia yang sekejap ini. Kalo kata orang jawa,”Urip ning ndonya iki mung mampir ngombe” (Hidup di dunia ini hanya sekedar mampir minum). Kita sering berpikir, “Aku akan kuliah dimana ya?”.. “Nanti setelah Lulus aku akan kerja diperusahaan apa ya?”.. “Aku besok pagi pake baju apa ya?” dan banyak hal lagi yang kita pikirkan yang sering membuat kita LUPA, bahwa tak ada yang menjamin bahwa esok bahkan semenit atau seditik kedepan kita masih hidup. Sungguh! Tak ada yang menjamin.
(QS. Al Ankabut: 57)
Kematian bukan hanya terjadi pada orang yang sudah berusia lanjut, bukan! Kematian bukan hanya terjadi pada orang yang sudah sakit-sakitan, bukan! Kematian itu sebuah kepastian yang akan kita alami, cepat atau lambat. Sungguh, saya menulis tulisan ini dengan perasaan yang was-was.. karena saya sering luput untuk mengingat kematian.
Namun, saya percaya bahwa Allah itu Maha Pemurah, sebelum semua terlambat, selama nafas ini masih berhembus, selama jantung ini masih berdetak, maka belum terlambat untuk memperbaiki diri. Maka, saya pribadi memohon maaf yang sebesar-besarnya jika tingkah, lisan, juga tulisan-tulisan saya menorehkan luka, sebelum semua terlambat.. Saya mohon maaf.